Jadi Menteri Kehutanan, Raja Juli Lulusan Ilmu Tafsir dan Skripsi Jihad, Reaksi Minta Mundur

Latar Belakang Menteri Kehutanan yang Tidak Sesuai dengan Jabatannya

Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, tengah menjadi sorotan publik setelah muncul desakan agar ia mundur dari jabatannya. Desakan ini terjadi setelah bencana banjir bandang dan longsor melanda wilayah Sumatra. Hal ini memicu pertanyaan tentang latar belakang pendidikan Raja Juli Antoni dan apakah hal itu sesuai dengan posisi strategisnya saat ini.

Menurut informasi yang tersedia di situs resmi, Raja Juli Antoni menyelesaikan pendidikan S1 di IAIN Syarif Hidayatullah (kini UIN Jakarta) dengan fokus pada Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Ia menamatkan studinya pada tahun 2001 dengan skripsi berjudul "Ayat-Ayat Jihad: Studi Kritis terhadap Penafsiran Jihad sebagai Perang Suci."

Selanjutnya, Raja Juli Antoni mendapatkan beasiswa Chevening Award untuk melanjutkan pendidikan magister di The Department of Peace Studies, University of Bradford, Inggris. Di sana, ia menulis tesis berjudul "The Conflict in Aceh: Searching for A Peaceful Conflict Resolution Process." Pada jenjang doktoral, Raja Juli Antoni mengambil program Australian Development Scholarship (ADS) dan melanjutkan pendidikan di School of Political Science and International Studies, University of Queensland, Australia. Disertasinya berjudul Religious Peacebuilders: The Role of Religion in Peacebuilding in Conflict Torn Society in Southeast Asia. Ia mengambil studi kasus Mindanao (Filipina Selatan) dan Maluku.

Karier Politik dan Jabatan yang Dijalani

Raja Juli Antoni lahir di Pekanbaru pada 13 Juli 1977. Di usia remajanya, ia mengenyam pendidikan agama di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Garut, Jawa Barat. Setelah itu, ia melanjutkan studi di IAIN Syarif Hidayatullah (kini UIN Jakarta), di mana ia mengambil jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir dan lulus pada 2001.

Kemudian, Raja Juli Antoni melanjutkan studi di luar negeri. Ia mengikuti beasiswa Chevening Award pada tahun 2004 dan melanjutkan studi doktoral di School of Political Science and International Studies di Universitas Queensland, Australia. Ia berhasil meraih gelar Ph.D dengan disertasi berjudul Religious Peacebuilders: The Role of Religion in Peacebuilding in Conflict Torn Society in Southeast Asia, dengan mengambil studi kasus Mindanao (Filipina Selatan) dan Maluku (Indonesia).

Dalam perjalanan karier politiknya, Raja Juli Antoni aktif berorganisasi sejak masih muda. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) periode 2000–2002. Selain itu, ia juga pernah menjadi Direktur Eksekutif Maarif Institute, lembaga pemikiran dan advokasi yang didirikan oleh Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif.

Pada 2009, Raja Juli Antoni maju dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) 2009 lewat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Meskipun bertarung di Daerah Pemilihan Jawa Barat IX (Kabupaten Subang, Sumedang, dan Majalengka), ia gagal duduk di Senayan karena suara kurang. Pada 2015, namanya kembali ramai diperbincangkan karena maju menjadi calon Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2015–2020, tetapi ia memilih mundur untuk berkonsentrasi sebagai Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia (PSI), partai yang ikut didirikannya pada 16 November 2014.

Peran dalam Tim Kampanye dan Jabatan Pemerintahan

Raja Juli Antoni semakin aktif terjun ke dunia politik. Ia masuk dalam Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin di Pemilu Presiden (Pilpres) 2019. Dia pernah didapuk sebagai Wakil Sekretaris hingga Juru Bicara TKN. Raja Juli kemudian dipercaya Jokowi sebagai Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang Periode 2022-2024. Dirinya juga merangkap jabatan sebagai Plt. Wakil Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara Periode 2024.

Pada pemerintahan Presiden Prabowo, Raja Juli Antoni dipercaya sebagai Menteri Kehutanan. Ia dilantik Istana Merdeka, Jakarta, Senin (21/10/2024). Selain itu, Raja Juli juga menjabat Dewan Pembina Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) periode 2025-2030.

Harta Kekayaan Menteri Kehutanan

Raja Juli Antoni memiliki harta kekayaan sebesar Rp.11.259.473.820. Jumlah tersebut ia laporkan di Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) pada 31 Desember 2024. Berikut rincian lengkapnya:

  • Tanah dan Bangunan: Rp. 8.729.585.000
  • Alat Transportasi dan Mesin: Rp. 536.100.000
  • Harta Bergerak Lainnya: Rp. 681.750.000
  • Surat Berharga: Rp. 86.000.000
  • Kas dan Setara Kas: Rp. 3.106.826.820
  • Harta Lainnya: Rp. ----
  • Sub Total: Rp. 13.140.261.820
  • Utang: Rp. 1.880.788.000
  • Total Harta Kekayaan (II-III): Rp. 11.259.473.82

Respons Terhadap Desakan Mundur

Setelah bencana banjir melanda Aceh, Sumatera Utara, hingga Sumatera Barat, kinerja Raja Juli Antoni sebagai Menteri Kehutanan di pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming pun dipertanyakan. Banjir yang menerjang Aceh hingga Sumatera tidak hanya berbentuk air, tetapi juga diwarnai gelondongan kayu. Hal tersebut menjadi indikasi adanya kerusakan hutan akibat pembalakan liar.

Raja Juli Antoni ramai didesak mundur dari jabatan Menteri Kehutanan. Namun, ia menanggapinya dengan tenang. Ia yakin bahwa kekuasaan hanya milik Allah SWT dan itu hak prerogatif presiden. Ia menyatakan siap dievaluasi. Ia juga mengingatkan dirinya tidak pernah anti kritik. Ia menyadari kritik merupakan bagian dari aspirasi rakyat. Pria berusia 48 tahun itu hanya bisa bekerja semaksimal mungkin dan menyerahkan semua kepada presiden.

0 Response to "Jadi Menteri Kehutanan, Raja Juli Lulusan Ilmu Tafsir dan Skripsi Jihad, Reaksi Minta Mundur"

Posting Komentar